Selama periode Neolitik Tengah (tahun 5800-5300 SM), Koutroulou Magoula dihuni beberapa ratus orang yang membuat arsitektur rumah canggih dari batu dan bata. Patung tanah liat diyakini tidak hanya sebagai seni estetika, tetapi juga mencerminkan ide-ide tentang budaya masyarakat dan identitas.
Patung tanah liat biasanya menggambarkan bentuk perempuan, tidak hanya segi kuantitas tetapi juga cukup beragam. Patung wanita dan non-gender telah ditemukan dan beberapa diantaranta menggambarkan sosok manusia-burung (hibrida).
Penggalian di Koutroulou Magoula dimulai pada tahun 2001 oleh Dr.Nina Kyparissi dan proyek terakhir dimulai pada tahun 2010. Situs ini kira-kira empat kali luas lapangan sepak bola dan terdiri dari gundukan setinggi 18 meter yang menampilkan tiga teras yang dikelilingi parit. Orang-orang yang tinggal di pemukiman tampaknya telah membangun kembali rumah mereka dengan jejak gedung yang sama, dan ada juga bukti bahwa beberapa rumah memiliki konstruksi yang tidak biasa.
Jenis rumah biasanya memiliki fondasi batu dan bata di atasnya, namun penyelidikan di Koutroulou Magoula telah menemukan beberapa diantaranya telah diawetkan dengan dinding batu setinggi satu meter. Hal ini menunjukkan bahwa dinding tersebut mungkin telah dibangun dari batu keseluruhannya, sesuatu yang tidak khas pada periode itu.
Abad berikutnya, bukit pemukiman menjadi tempat yang penting. Sebagai contoh pada akhir Zaman Perunggu, sebuah ‘Tholos’ atau makam berbentuk sarang lebah dibangun di abad pertengahan (sekitar abad 12-13 Masehi), setidaknya seorang wanita muda dimakamkan di antara rumah Neolitik.
Selain penggalian patung tanah liat, proyek ini melakukan etnografi antara masyarakat lokal, menjelajahi adat dan budaya dan hubungan mereka pada situs tersebut. Mereka terlibat dalam serangkaian kegiatan masyarakat dan arkeologi publik, termasuk produksi dan lokasi pementasan pertunjukan teater, yang berubah menjadi perayaan komunal dengan makanan, minuman dan tari.
Referensi:
Archaeologists unearth more than 300 prehistoric clay figurines in Greece. University of Southampton, 7 January 2013 via Alphagalileo , cutpen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar